Wadah diskusi dan cerita tentang fotografi dan masyarakat.
Album foto menjadi seuntai teks yang “berbicara” mengenai sejarah. Foto juga menjadi penanda zaman kala foto tersebut dibuat….
Belakangan ini salah seorang kawan saya, sebut saja namanya Fuko, sedang gandrung dengan pemotretan virtual (virtual photo session)….
By the time I started visiting Java more frequently, from 2006 onwards, to write about its development of…
Virtual photoshoot atau pemotretan virtual menjadi hal yang tidak asing untuk kita yang wara-wiri di media sosial dua…
Arkademy adalah kolektif fotografi yang berfokus pada pendidikan fotografi dengan pendekatan kritis, reflektif dan lintas disiplin. Anggota kolektif kami memiliki beragam latar belakang profesi: fotografer dokumenter, edukator, peneliti, dan kurator. Kami tertarik untuk mendalami fotografi sebagai medium untuk memahami fenomena-fenomena sosial yang ada di masyarakat, peran dan pengaruh fotografi dalam masyarakat serta relasi fotografi dan/atau fotografer dengan masyarakat. Anggota kolektif kami tersebar di 3 kota: Jakarta, Bogor dan Yogyakarta.
Kegiatan Arkademy pada umumnya mengadakan program pendidikan berupa lokakarya fotografi, bekerja sama dengan komunitas-komunitas dari berbagai kota di Indonesia. Arkademy juga terbuka untuk bekerja sama dengan organisasi lainnya untuk mengadakan lokakarya fotografi bertema, program pendidikan dan pameran yang terkait fotografi dan masyarakat, atau acara lainnya seperti diskusi publik dan portfolio review. Sejak 2018 hingga awal 2020, Arkademy sudah mengadakan 14 lokakarya di 10 kota di Indonesia dan 1 pameran foto di Jakarta. Di tahun 2020, Arkademy meluncurkan rubrik WICARA yang diharapkan menjadi ruang kritis, reflektif dan lintas disiplin untuk diskusi dan cerita terkait fotografi dan masyarakat.
Dengan latar belakang profesi dan keahlian yang beragam, mentor-mentor Arkademy mengedepankan pendekatan fotografi yang multi-disipliner.
Berikut adalah beberapa arsip karya hasil lokakarya Arkademy: RANA, WACANA, KELANA dan KELANA Bertema.
Pelajaran terpenting yang saya dapat adalah kembali mendengarkan, melihat, dan memahami lebih dalam ke diri sendiri terutama terhadap keresahan kita dalam melihat dunia, bahwa sebenarnya, sebaik-baik karya adalah karya yang dapat merepresentasikan si ‘pembuatnya’ di dalam karya itu sendiri.