Sengkarut Gambut
Oleh Parliza Hendrawan
Alih fungsi lahan gambut dan rawa bukan lagi hal baru di Palembang. Sebagai orang Palembang, saya merasa cerita ini penting untuk diangkat karena khawatirnya, Palembang yang dulunya dikenal sebagai daerah air dan rawa tinggal cerita. Kini, lahan gambut dan rawa banyak yang berubah menjadi bangunan untuk perumahan, pusat bisnis, perkantoran, dan jalan tol. Padahal rawa memiliki fungsi yang penting untuk keseimbangan ekosistem. Apabila semakin banyak lahan gambut dan rawa dialihfungsikan, fungsi rawa sebagai daerah resapan air semakin berkurang, dan dampak lingkungannya akan terasa pada masyarakat kota sendiri.
Peternak Kerbau Rawa di Rambutan, Banyuasin misalnya, menceritakan kekhawatirannya akan keberlangsungan Kerbau Rawa. Hal itu dikarenakan lokasi tempat berkubangnya kerbau semakin sempit akibat pengerukan tanah untuk dijadikan material batu bata dan tanah timbun. Demikian juga dengan kawasan Talang Kelapa, belasan tahun silam di daerah tersebut masih dengan mudah dijumpai tumbuhan khas rawa dan gambut seperti Kumpai, Gelam, dan Purun yang kini sudah tak ada lagi.
Dengan seringnya banjir melanda kota, sebagian besar masyarakat paham bila tempat resapan air semakin berkurang. Meski begitu, alih fungsi ini terjadi bukan karena proyek pembangunan dari pemerintah maupun swasta saja, masyarakat juga turut andil dalam menukar lahan gambut dan rawa dengan fungsi ekonomi baru.
Melihat potensi dampak lingkungan yang dapat terjadi, saya berharap cerita foto ini dapat membukakan mata kita tentang betapa pentingnya kepedulian untuk menjaga rawa, gambut dan lahan resapan air lainnya dari kepentingan jangka pendek semata. Pembangunan untuk keperluan masyarakat kota memang perlu, namun pendekatan pembangunan yang tidak menyisakan lahan sedikitpun untuk flora dan fauna hanya akan mewariskan krisis lingkungan untuk anak cucu kita kelak.